Tugas 3 Hari Di Kota Pekanbaru, Mencoba Transportasi Busway Pekanbaru & Tempat Wisata Serta Kuliner Sekitar – Pekanbaru ini adalah kota pertama di Sumatra yang pernah saya kunjungi, jadi ketika dapat info kantor ada kerjaan di Pekanbaru upgrade kapasitas tentu saya langsung semangat. Karena ini perjalanan jarak jauh saya setelah sekian lama, jadinya ya masih belum begitu familiar dan tau rasa nikmatnya traveling & mendokumentasi / foto selama jalan2 🙁 . Kunjungan jauh saya sebelum ini paling bisa dihitung dengan jari, ke Makassar 1x, Singapore 3x, dan Malaysia 1x, selebihnya ya di seputaran pulau Jawa saja, paling agak jauh ke Bali itupun sudah di sekitaran tahun 2009. Tapi berawal dari kunjungan ke Pekanbaru inilah yang mulai membuat saya mulai suka traveling ke tempat2 baru, bahkan mulai mencanangkan untuk di 2019 ini harus minimal mengunjungi salah satu kota di 5 pulau besar Indonesia yang belum pernah dikunjungi.
Hari Rabu 13 Februari 2019 pagi2 saya sudah mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru. Dari bandara lanjut menuju ke daerah sekitaran Panam untuk memulai pekerjaan disana. Setelah menyelesaikan sebagian pekerjaan dan karena pekerjaan lanjutan baru bisa dilakukan malam hari barulah saya mulai jalan-jalan. Hal pertama yang menarik dilihat adalah bus ALS, bus yang jalurnya membentang melintasi Lampung-Aceh ini terlihat sedang berhenti mencari penumpang di sekitaran Panam, Pekanbaru.
Dari Panam tujuan saya adalah menuju Taman Alam Mayang yang berada di daerah Tenayan Raya. Karena perjalanan jarak jauh saya memilih naik gojek. Satu hal yang cukup menarik perhatian saya di perjalanan adalah Tugu Keris. Tugu yang berdiri di bundaran jalan Patimura ini berbentuk cukup unik, yaitu menumen keris berukutan besar dengan ujung kerisnya menghunus kebawah menancap ke batu besar. Namun konon katanya desain monumen ini ditentang oleh para budayawan sekitar karena kerisnya yang menghunus kebawah, dimana seharusnya mata keris ada di atas. Hal ini karena “bahwa keris itu adalah simbol kehormatan yang dijunjung tinggi mengarah ke langit. Ini bentuk perlawanan, perjuangan, serta mempertahankan marwah dan martabat diri. Sebaliknya, bila keris ditancap ke bumi, itu menandakan kekalahan atau menyerah.” (sumber artikel)
Akhirnya sudah siang saya sampai di Taman Alam Mayang. Taman ini adalah kawasan wisata yang memadukan keindahan alam dengan beberapa wahana permainan. Hal yang bisa didapatkan disini adalah duduk2 diatas rerumputan hijau dengan pohon2 rindang disekitar, bermain di wahana2 seperti perahu bebek & sepeda air, dan juga ada tempat pemancingan ikan disini. Tapi yang paling menarik menurut saya adalah foto di patung-patung ikonik yang cukup unik. Ada banyak spot foto bangunan2 unik disini, seperti miniatur candi, patung replika berwajah unik, dan juga replika patung2 orang2an. Saat saya kesana 02/2019 sih wahananya ya masih minim itu2 aja, tapi kalo baca2 berita sekarang taman ini sudah berkembang pesat ya, sudah ada wahana2 lain seperti flying fox, bombom car & studio 3D.
Suasana di Taman Mayang
Selesai dari taman mayang saya kembali menuju kota, dan jalan2 saja di sekitaran kota. Saya sempat mampir mengambil foto kantor DPRD Provinsi Riau.
Tepat di seberang jalan DPRD ada Taman Budaya Provinsi Riau. Disini terdapat beberapa rumah tradisional. Tempat ini dijadikan sebagai pusat aktifitas kebudayaan. Museum ini bangunannya bermodel arsitektur tradisional Melayu dan terletak di Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru.
Taman Budaya Provinsi Riau
Selesai jalan2 sebentar disitu akhirnya saya mencari makan siang. Karena belum tau makanan yang khas disekitar sana jadinya cari aja tempat yang rame, karena saat itu juga mau buka laptop untuk cek kerjaan remote. Akhirnya saya memilih makan siang di Mr. Brewok Dining Room. Untuk menu yang disajikan juga tidak khas, tapi justru menu2 kekinian seperti aneka jenis kopi & jus, indomie serta nasi goreng. Tapi yang menyenangkan disini adalah suasana tempatnya yang nyaman dengan tempatnya yang berdesain minimalis tapi modern.
Makan Siang Di Mr. Brewok Dinning Room
Selesai makan siang yang sebenarnya sudah sore itu sayapun menuju hotel untuk istirahat. Hotel tempat menginap kali ini ada di sekitaran Panam yaitu di Hotel Ayola First Point. Malam hari sekitar jam 8 saya mencari makan malam disekitar hotel, dan kali ini saya ingin mencari yang khas. Akhirnya saya menuju kedai Hokky Panam yang tidak jauh dari hotel. Tujuan saya kesini adalah ingin mencoba mie sagu. Mie sagu ini adalah salah satu makanan khas Provinsi Riau, tepatnya di Kabupaten Bengkalis, sebuah kabupaten yang berada di pesisir timur pantai Provinsi Riau. Mie ini menurut saya cukup unik karena sekilas teksturnya seperti kwetiaw tapi bentuknya seperti mie 😀 . Rasanya cukup gurih dan agak kenyal ketika dikunyah karena bahannya yang dari sagu. Ditambah potongan tumisan telur halus + irisan sayur sawi dan bawang prai menambah kenikmatan mie ini. Untuk minumnya saya memilih teh tarik, minuman teh campur susu yang banyak di temui di daerah2 Melayu ini.
Selesai makan saya balik ke hotel sejenak untuk nanti dinihari melanjutkan pekerjaan di SM Amin. Singkat cerita di pekerjaan ada kendala yang ternyata perangkat kami tidak support dengan perangkat provider, jadilah harus dikirim perangkat pengganti dari Jakarta yang dikirim teman saya esok hari. Sambil membuat template konfigurasi yang nanti di terapkan di perangkat baru agar ketika perangkat itu sampai tinggal copas saja.
Hari kedua Kamis 14 Februari 2019, saya sarapan pagi di hotel. Karena ini hotel bintang makanannya pun terjamin (yang kalo saya pergi traveling sendiri ga bakal nginep di hotel model gini 😀 ). Saya yang ndeso dan jarang makan di hotel ini kalap mengambil semua hidangan yg di sajikan, semua jenis buah, semua jenis kudapan, & semua jenis lauk diambil dalam porsi kuli 😀 .
Jadwal hari itu sebenarnya cuma menunggu teman membawakan perangkat pengganti yang kompatibel dengan sisi provider saja. Berhubung waktu itu belum kiyengan traveling seperti saat ini ya pagi2 cuma dihabiskan dengan leyeh2 sambil buka laptop di hotel saja dan keluar hotel pas mau makan siang. Tujuan saya kali ini adalah Sop Tunjang Pertama yang ada di Jalan Soekarno Hatta. Sop tunjang adalah makanan yang banyak dijual Pekanbaru yang berbahan tulang kaki sapi dengan tambahan kentang, wortel, tomat dan irisan daun bawang sebagai pelengkapnya. Sepintas memang sama seperti sop daging sapi pada umumnya, yang khas disini adalah Tunjang nya, yang sebenarnya adalah bagian dari kaki sapi. Menurut saya rasanya gurih dengan rasa yang ringan tak terlalu banyak rempah.
Selesai makan saya menuju kota untuk sekedar jalan-jalan disekitar sana saja. Tujuan pertama adalah Perpustakaan Provinsi Riau, HS Soeman. Lagi-lagi karena masih belum pengalaman dan minimnya informasi yang dicari akhirnya zonk saat kesini, perpustakaan sudah tutup. Jadinya hanya foto-foto bagian luarnya saja. Menurut saya sih bangunannya cukup unik, berwarna dominan oranye & perak, berukuran sangat besar memiliki banyak sekali tiang pondasi di sekelilingnya, dengan atap melengkung. Desainnya ini ternyata terinsipirasi dari alas baca Alquran dan sekilas juga mirip dengan buku yang terbuka. Di sepanjang dinding perpustakaan juga terdapat beberapa relief berisi tentang ilmu pengetahuan.
Perpustakaan Provinsi Riau
Setelah dari perpustakaan, saya hanya berkeliling ga jelas di sekitaran kota saja foto2 sekitar dan beberapa tugu yang berdiri disekitarnya. Sempat mampir juga ke Taman Putri Kaca Mayang, ruang terbuka hijau yang ada di pusat kota Pekanbaru.
Beberapa monumen di kota Pekanbaru
Capek jalan-jalan akhirnya saya mau pulang menuju hotel. Namun kali ini ingin mampir dulu ke Anjung Seni Idrus Tintin yang dilewati di perjalanan. Biar merasakan transportasi publik Pekanbaru, kali ini saya memilih untuk mencoba transportasi busway Pekanbaru . Harganya murah 4000 saja ke semua rute selama tidak keluar halte / pindah bus di terminal paling akhir.
Suasana dalam busway sih mirip2 di Jakarta ya, tapi disini suasana busway nya sepi. Satu lagi yang membedakan adalah halte2 busway disini banyak yang hanya berupa tempat yang di cor tinggi di pinggir jalan, dengan muat cuma untuk 3-4 orang saja tanpa ada atap, untuk yang halte model ini bus hanya berhenti ketika ada penumpang naik/turun saja, beda dengan halte reguler yang besar, busway akan selalu berhenti. Busway di Pekanbaru memiliki 8 route, untuk informasi lengkapnya bisa dilihat di sumber sini saja ya. Menurut saya setelah mencoba transportasi busway Pekanbaru, mode transportasi ini cukup nyaman dan aman dengan harganya yang sangat terjangkau.
Setelah mencoba transportasi busway Pekanbaru, akhirnya sampai juga di Anjung Seni Idrus Tintin. Hujan sudah reda saat sampai disini, padahal tadi pas di busway hujan turun lumayan deras. “Anjung Seni Idrus Tintin adalah sebuah bangunan pertunjukan seni dan budaya di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Bangunan ini hanya memiliki satu lantai, namun berdiri cukup tinggi dengan warna kuning yang mendominasi serta motif-motif yang sangat kental dengan corak Melayu Riau. Anjung Seni Idrus Tintin berada di dalam Kompleks Bandar Seni Raja Ali Haji (Kompleks Bandar Serai), yang juga dikenal dengan nama Arena Purna MTQ.Anjung Seni Idrus Tintin pernah digunakan sebagai tempat penyelenggaraan untuk menggelar acara Festival Film Indonesia (FFI) pada 2007. Gedung Anjung Seni Idrus Tintin telah digunakan oleh seniman-seniman sebagai tempat mempertunjukkan seni musik, teater, dan seni tari. Gedung Anjung Seni Idrus Tintin memiliki bangunan berstandar internasional yang mampu menampung jumlah penonton pertunjukan seni dengan kapasistas 600 kursi. Gedung ini juga didukung dengan sistem suara dan pencahayaan” (sumber artikel).
Anjung Seni Idrus Tintin
Setelah dari anjung seni idrus tintin saya kembali ke hotel dengan kembali mencoba transportasi busway Pekanbaru . Mampir makan sore dulu di warung pinggir jalan dekat hotel dengan menu ikan bakar. Malam hari dihabiskan di hotel saja untuk leyeh2 sambil buka laptop.
Hari ketiga Jumat 15 Februari 2019, pagi2 teman saya sudah datang & langsung kami menuju SM Amin untuk melanjutkan pekerjaan. Sebagian pekerjaan yang boleh dikerjakan sudah selesai semua, dan bagian lain harus dilanjutkan dini hari nanti, akhirnya kami kembali ke hotel istirahat sejenak. Baru menjelang makan siang kami keluar hotel untuk makan siang, tujuan kami adalah Pondok Yurika. Rumah makan ini menyediakan berbagai makanan khas melayu. Menu makan yang dipesan adalah Gulai Kuning Ikan Baung. Ikan yang banyak ditemui di sekitaran Selat Malaka ini dimasak gulai dengan bumbu rempah-rempah lokal. Penyajiannya juga dilengkapi dengan sayur lodeh, sambal teri & kerupuk bumbu balado.
Untuk minuman / pencuci mulutnya sebenarnya saya mengincar es Laksamana Mengamuk yang konon katanya khas Pekanbaru, tapi karena menu itu lagi kosong akhirnya ya memesan menu lain yaitu es sagu mutiara. Es ini berisi mutiara dengan beberapa macam warna, ada juga irisan2 cincau kecil, dan juga kue sagu yang lumayan besar, lalu ditambahkan es krim didalamnya. Sudah cukup untuk menyegarkan mulut selesai makan gulai ikan baung tadi.
Setelah menyantap makan siang kami berkeliling saja jalan kaki di sekitaran kota Pekanbaru. Sempat melewati kantor gubernur, juga monumen simbol perjuangan yang ada di sekitaran jalan.
Kantor Gubernur & Monumen Simbol Perjuangan
Salah satu yang menarik perhatian adalah Balai Adat Melayu Riau yang ada di jalan Diponegoro. Sekilas tentang Balai Adat Melayu: “Balai Adat Melayu Riau merupakan sebuah gedung yang dihiasi dengan beraneka ragam ukiran, warna dan motif tenunan khas masyarakat Melayu Riau. Gedung tersebut terdiri dari dua lantai yang digunakan untuk berbagai kegiatan yang berkaitan dengan adat dan kebudayaan Resam Melayu Riau, serta pertemuan-pertemuan penting lainnya, seperti penganugerahan gelar adat Melayu kepada para pejabat tinggi negara. Balai Adat adalah suatu yang harus dimiliki dalam kehidupan bermasarakat Melayu Riau. Balai Adat adalah tempat bermusyawarah mufakat. Tempat mengambil keputusan dari tokoh-tokoh adat.” (sumber artikel)
Ketika sampai di Pekanbaru City Park kami berhenti sejenak istirahat. Meskipun namanya taman kota yang harusnya keren, tapi kondisi disini cukup menyedihkan. Kondisi taman tidak terawat, hiasan kapal catnya banyak mengelupas, dan danau buatan yang di dalamnya airnya nyaris kering dan kotor.
Selesai dari taman kota kami sempat naik busway menuju Transmart Pekanbaru untuk menghabiskan waktu tunggu dengan menonton bioskop disana. Selesai dari transmart kami pulang ke hotel untuk istirahat sambil persiapan nanti malam lembur menyelesaikan pekerjaan, makan malampun juga tak istimewa karena makan ayam goreng saja di sekitaran hotel.
Hari keempat kembali tidak ada yang istimewa karena kami dipesankan tiket pesawat pagi, sehingga habis sarapan di hotel kami langsung menuju bandara untuk kembali ke Jakarta. Memang agak nyesal sih sebenarnya, karena banyak waktu yang terbuang tidak dimanfaatkan untuk jalan2 mengeksplore sekitar, karena memang waktu itu belum terlalu tau nikmatnya jalan2 di tempat baru. Tapi ini juga menjadi pembelajaran agar lebih pintar memanfaatkan sela waktu nganggur agar tidak cuma sekedar leyeh2 dihotel tapi digunakan untuk eksplore tempat2 baru di kunjungan2 keluar kota selanjutnya. Sekian tulisan tentang Tugas 3 Hari Di Kota Pekanbaru, Mencoba Transportasi Busway Pekanbaru & Tempat Wisata Serta Kuliner Sekitar , terimakasih sudah membaca 🙂